Minggu, 31 Agustus 2014

Panorama Keindahan Alam Air Terjun Waduk Riam Kanan




Catatan singkat “dibuang sayang”.

            Hari rabu Pagi pukul 09.00, Saya sedang duduk santai si sebuah kedai kopi di kawasan objek wisata Air Terjun Waduk Riam Kanan,  Daerah kecil  Kabupaten Banjar .  Ada ketenangan dan alunan yang tersisa di tempat ini, sebuah gerak irama pagi yang tercipta dari kesibukan  perlahan para pegawainya melakukan persiapan di awal hari  setiap 5 menit, ada yang keluar dari dapur membawa hidangan yang mengepul hangat dan meletakanya di rak makanan.

            Sambil mengaduk kopi, saya memperhatikan seorang juru masak yang lain ( Badanya  lebih subur dan tinggi) dibandingkan dengan para pelayan yang menyiapkan sarapan saya. Dia memanggang roti diatas arang, dia memeriksa roti dan membaliknya sebelum diolesi mentega . rumah makan ini sendiri cukup sempit dan terasa semakin kecil dengan pola daun-daunan di mana-mana, di lantai dan di taplak meja pelastik. Belum lagi beberapa Kalender bergambarkan “guru Ijai” yang terpasang di dinding. Tetap saja, ada sebuah kedamaian tersendiri tentang tempat ini, dan di setiap meja ada saja orang seperti saya yang mengaduk kopi sambil menghisap rokok. Hanya saja saya juga sibuk mengutak-ngatik secarik kertas.

            Rasanya Objek wisata air terjun Waduk Riam Kanan sudah lama ada disini lengkap dengan kedai-kedai kopinya. Tiba-tiba saya merasa kalau saya sudah pernah kesini sebelumnya. Pikiran yang gila bahkan tidak masuk akal. Walaupun saya merupakan seorang putra yang lahir dari keturunan Banjar, namun, saya belum pernah sekalipun mengunjungi objek wisata air terjun Waduk Riam Kanan. Tapi, pikiran ini terus menggangu sampai saya menyadari bahwa Riam Kanan sama seperti daerah kecil yang memiliki objek wisata dan panorama alam yang indah serta kedai-kedai kopi yang saya kunjungi di daerah lainya di Kalimantan. Daerah ini, seperti mewakili ritme hidup di luar Kota Balikpapan yang penuh aktivitas perekonomian dan industrinya. Yang kadang kala Mahasiswanya masih sempat berdiskusi hingga larut malam sambil menghisap rokok dan ditemani secangkir kopi pahit. Lalu ini, mengingatkan saya pada diskusi saya beberapa Minggu lalu dengan seorang teman lama, seorang aktivis dengan pribadi yang dinamis.

            “Bung”, katanya, Indonesia ini merupakan Negara yang Luas dan memiliki beragam suku, ras dan agama, semua nya tertata rapi dalam sebuah Kebhinekaan. Namun, kondisi bangsa ini tidak serapi kebhinekaan yang awal pertama kali di dengungkan para Foundhing Father kita. Beragam permasalahan yang berbau ras dan agama mulai mencuat kepermukaan hingga menjadi Polemik yang berkepanjangan. Mempersoalkan Madzab dan keyakinan yang dianut antar umat beragama seakan-akan tidak ada habisnya. Seperti, Intimidasi yang dialami Kaum Ahmadiyah di berbagai daerah, kemudian konflik Suni-Siah di sampang Madura. Belum, lagi kebijakan yang dikeluarkan untuk membuka ruang Pasar Bebas Ekonomi ASEAN yang akan dicanangkan pada 2015.  Melihat kondisi seperti ini saya berkeyakinan “Si”BY(a) dan Boediono akan tahu cara membuat rakyat tenang dan senang ditengah persoalan yang terjadi, kita tunggu saja seberapa besar gejolak dan penolakan yang akan dilakukan nantinya.

            Melihat di sekeliling kedai-kedai kopi ini, hingga kejalanan kosong dengan lanscap pemandangan bukit-bukit yang tidak pernah berubah, saya mengerti maksud teman saya ini, sikapnya yang Idealis ini,tumbuh dari kekecewaan yang sudah tak terhitung. Sekarang dia lebih realistis lebih tenang dengan fikiran bahwa Negara ini akan terus berjuang dengan tak sedikitpun terganggu. Pertanyaanya apakah Kondisi bangsa ini betul-betul tidak bisa dirubah ? lihat Indahnya Panorama alam Air Terjun waduk Riam Kanan, yang memberikan ketenangan dan keteduhan seolah-olah membuka mata kita bahwa Negeri ini butuh kedamaian dan ketenangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berlandaskan Pancasila sebagai ideologi Bangsa, bukan mempersoalkan “dia” dari golongan mana? Suku apa ?Agama apa? Mahzab apa?  
            Sudahlah…..dengan ini, pikiran saya kembali ke air terjun waduk Riam Kanan ke momen yang begitu sempurna ini, kedamaian sebuah daerah kecil dengan Objek Wisata air terjun yang memilki panorama alam  indah perlahan  bangun dari tidurnya. Seiring dengan habisnya Kopi pahit yang ku “seruput” sambil menulis catatan singkat ini serta  meruaknya aroma sedap hidangan yang tersaji di meja, saya tinggalkan sejenak khayalan-khayalan tingkat tinggi yang menggelayut di fikiran ini. “Selamat Makan Kawan”……………………………………………..;


Salam,
Fajrin
Riam Kanan, 12 Oktober 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar