Minggu, 31 Agustus 2014

ESENSI MAHASISWA DAN GERAKAN


Reformasi 1998 menjadi tonggak mengulang kembali semangat Mahasiswa 1928. Lalu, kemudian memberikan andil besar kepada Mahasiswa dalam rangka memikul sejarah perubahan Demokrasi di Negara ini. Beralihnya masa orde baru  menjadi masa reformasi, menjadi angin segar bagi mahasiswa untuk turut serta dalam perubahan Demokrasi di negeri yang indah ini. pertanyaanya adalah mampukah Mahasiswa bertanggung jawab, dengan apa yang sudah diperjuangkan pada Reformasi 1998 ?

Gejolak pergerakan, seperti yang terjadi pada tahun 1998 lahir atas ketidak berdayaan atas hidup semua bangsa. Ketidak berdayaan, meletup seperti magma gunung berapi yang akhirnya meledak dan menggelegar. Mahasiswa sebagai tolak ukur kemajuan bangsa ini, nampaknya masih memendam amarah layaknya letupan yang akhirnya menggiring kepuncak letusan. Amarah mahasiswa, terhadap ketidakberdayaan bangsa ini, memang tidak bisa disalahkan, dan tidak bisa dipisahkan. 

Karena, Mahasiswa dan negaranya bagaikan percikan api yang menimbulkan asap. Jika, dipancing dengan ketidak berdayaan bukan, tidak mungkin, percikan api ini akan membesar, dan membumi hanguskan apa yang ada disekitarnya.

Bapak Founding Father bangsa ini, Bung Hatta pernah mengatakan, dalam pembelaanya di depan Pengadilan Negeri Belanda pada Tahun 1927. Dia, menggambarkan peran Mahasiswa Indonesia. “ Hidup pemuda Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup bangsanya yang menderita dan berharap. Itulah nalurinya yang memanggil manggil, dialah jiwanya yang bernyala nyala mendobrak pintu hari depannya”. Dari ungkapan ini, menjadi renungan bersama yang mungkin bermanfaat untuk jadi pemantik mahasiswa dalam sebuah gerakan mahasiswa.
Sebuah gerakan, mahasiswa memiliki esensi lawan dan lawan segala bentuk penindasan, yang mengakibatkan ketidak berdayaan bangsa ini. saya tahu, seorang Aktivis UBK Sondang Hutagalung. Gak akan, rela membakar dirinya didepan istana negara jika, dia tidak memahami dan peka terhadap persoalan bangsa ini, yang penuh kemunafikan. Saya, tetap yakin masih ada riak-riak kecil semangat Sondang-sondang lainnya di penjuru negeri ini. GMNI Kota Balikpapan, sebetulnya sudah membuktikan itu. Meskipun, terdapat perbedaan esensi dan tujuannya. seorang aktivis GMNI  hampir saja mencoba bunuh diri, loncat dari lantai  3 sebuah gedung kepemudaan. Lantaran, menolak kemunafikan ditubuh internal GMNI Kota Balikpapan ketika itu.
            Entah, ini merupakan riak-riak semangat Sondang apa bukan, Saya fikir, apa yang dilakukan aktivis itu manusiawi saja. pikiran positif nya, tentu saja secara psikologis ini merupakan bentuk pergolakan bathin, yang tidak dapat di intervensi dan benar-benar lahir dan terbentuk secara alami didalam dirinya. Walaupun, tidak se nekat Sondang, tapi, saya berkeyakinan jika, riak-riak semangat sondang seperti ini disulut kembali dan penempatan esensi serta tujuannya tepat sasaran. Bukan hal mustahil, bakal menjadi letupan magma gunung merapi yang lebih dahsyat.
Lain sondang, lain pula seorang aktivis GMNI Balikpapan, (berbeda esensi). Memaknai sebuah gerakan mahasiswa secara luas membutuhkan lebih dari kata semangat. Butuh pemimpin yang mampu memotivasi dan komitmen, konsisten menggerakan seluruh elemen perjuangan. Agar perjuangan memiliki visi, misi, dan jiwa serta tujuan. Mahasiswa harus bisa memaksa pemerintah yang “empunya” kebijakan memberantas habis korupsi, kroniisme dan nepotisme serta ketidakadilan. Lantas, apa sikap element mahasiswa menyikapi Issue Bailout Bank Century?

Persoalan ini, semestinya tidak sporadis hilang tidak berbekas begitu saja. Saya masih tetap berkeyakinan, mahasiswa dan gerakan bisa terlihat eksotis dalam radikalismenya. Bahkan terlihat memukau dan indah jika dipadukan sekaligus menginspirasikan perlawanan, meskipun,ada para penyusup intel atau anasir pengkhianat diantara gerakan mahasiswa itu sendiri. Saya juga tidak tahu apakah nantinya gerakan ini melemah karena, pemerintah mendadak mengalokasikan dana untuk kepemudaan ? entahlah….apakah ini, sebagai pengalihan isu atau ada tendensi berbeda yang mendompleng nama sebuah gerakan. Atau, apakah ini semacam sebuah politik pemerintah sebagai penenang untuk sebuah gerakan Mahasiswa ? seandainya Sondang Hutagalung masih hidup ingin sekali saya berdikusi dengannya prihal ini. pastinya saya dapat

kesimpulan dan antitesa yang berbeda pula dalam memaknai makna gerakan mahasiswa. 
            Banyak hal yang mungkin membuat gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan masa silam. Saat ini, pemerintah lebih bersikap demokratis dan tidak semau-maunya mendeskriditkan posisi mahasiswa. Apapun bentuk perbedaanya, jauh sekali kemungkinan mahasiswa diintimidasi, diculik atau dibui tanpa alasan.
Jadi, tidak ada alasan untuk takut. Terus bangkit dan maju lalu kemudian kepalkan tangan kiri mu keatas sebagai tanda perlawanan atas penindasan dan ketidak berdayaan bangsa ini, apapun bentuk perjuangan yang dilakukan bukan hanya untuk hari ini, tapi esok dan dimasa yang akan datang semua itu untuk rakyat Marhaen. Jika, tidak mampu silahkan mundur dan kembali hanyut dalam romantika kampus yang penuh dengan kemunafikan.[1]
Merdeka!!



[1] Catatan ini, saya tulis pada hari Jumat Tanggal 20 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar