Bulan suci ramadhan
sepertinya, bukan alasan bagi lokalisasi KM 17 untuk tidak beroperasi.
Terbukti, dari hasil pantauan Gugat
pekan lalu (7/5/14). Komplek lokalisasi syahwat ini msih beroperasi walaupun
tidak seramai sebelum bulan puasa.
Sekira 50 meter sebelum
pintu masuk komplek ditandai batas portal nampak terlihat ramai penjagaan.
Berbeda dengan hari-hari biasanya sebelum bulan puasa portal itu, dijaga 2
orang. Namun malam itu, dijaga 4 hingga 6 orang. Selain ramai penjagaan
ditengah tiang portal dipasang papan informasi bertuliskan “Selama Ramadhan ditutup”. Apakah papan informasi ini dipasang
untuk memberitahukan pengunjung agar tidak masuk ke komplek lokalisasi ini
selama bulan puasa? Atau ada alasan lain? Kalaupun ditutup kenapa mesti dijaga
banyak orang?
Pemandangan berbeda
pada malam itu, membuat tim Gugat
penasaran lantaran, papan informasi yang terpajang diportal masuk ini. Kuat
dugaan baru dipasang pada malam itu untuk mengelabui petugas yang kerap
menggelar rajia dilokalisasi ini selama bulan suci ramadhan. Benar saja, baru
beberapa saat tim Gugat berada di
lokalisasi itu. Desas-desus informasi
akan ada rajia petugas satpol PP pada malam itu bocor. Sehingga, membuat
penjagaan didepan dan didalam portal masuk diperketat.
“Sebentar lagi mau ada rajia
sementara ditutup dulu,” ujar salah satu petugas penjaga portal pintu masuk
yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Gugat.
Untuk membuktikan
simpang siur bocornya informasi itu, Gugat
tetap mencoba masuk dengan memposisikan diri sebagai pengunjung. Tapi, yang
mengherankan para penjaga portal lokalisasi itu mengijinkan masuk. Namun,
penjaga portal menarik biaya tiket masuk sebesar 10.000 rupiah perorangnya
nominal ini, 2 kali lipat lebih tinggi dibanding harga tiket masuk dihari-hari
biasanya sebelum bulan suci ramadhan yang dibandrol 5.000 rupiah perorangnya.
“Kalau mau masuk, silahkan mas tapi
selama bulan puasa harga tiketnya per orang 10.000 rupiah,”.Tuturnya.
Sembari menunggu, benar
tidaknya informasi dari petugas penjaga portal terkait dengan akan adanya rajia
satpol PP pada malam itu. Penelusuran Gugat
berlanjut, ke wisma-wisma PSK di komplek lokalisasi itu. Benar saja, efek
informasi rajia itu rupanya mempengaruhi seisi komplek terutama wisma-wisma
yang dihuni para PSK. Malam itu, tidak terdengar dentuman musik elekton seperti
biasanya dari dalam wisma dan tidak terlihat satupun PSK berkeliaran diluar
wisma ataupun duduk di halaman wisma untuk menawarkan jasa esek-esek kepada pengunjungnya.
Tidak mau kecolongan
informasi, pada saat penelusuran itu, Gugat
kemudian menanyakan langsung kepada petugas keamanan komplek lokalisasi Lembah
Harapan Baru (LHB) bernama Sabri prihal sepinya wisma-wisma yang ada di komplek
ini. Sementara, tiket masuk bagi pengunjung tetap ditarik. Malahan, harga tiket
itu 2 kali lipat naik.
“sudah biasa terjadi,
kalau ada informasi rajia, para PSK sudah pasti bersiap untuk sembunyi
meninggalkan wisma untuk sementara waktu. Jika situasi sudah aman. Mereka akan
kembali”. tuturnya.
Umumnya, para PSK sudah
mempersiapkan diri untuk bersembunyi setelah mendengar informasi bahwa akan ada
rajia dikawasan itu satu hari sebelum pelaksanaan rajia itu dilakukan.
Pertanyaanya kenapa informasi rajia ini bisa bocor? jika informasi ini bocor
percuma saja ada rajia dan penertiban oleh pihak berwajib dalam hal ini Satpol
PP maupun pihak kepolisian. Toh, juga hasilnya sudah pasti nihil.
Bocornya informasi akan
dilaksanakan nya rajia, menjadi hal yang lumrah terjadi dan tidak menghalagi
serta menjadi kendala bagi komplek lokalisasi KM 17 untuk tidak beroperasi
selama bulan ramadhan. Jaminan rasa aman juga terpenuhi mengingat. Lemahnya
system pengawasan itu terjadi lantaran masih adanya oknum-oknum yang seharusnya
bertanggung jawab untuk mengawas dan meminimalisir dampak negatif adanya tempat
maksiat ini justru mengambil keuntungan dengan adanya momentum dan membekengi
komplek ini
“informasi akan ada
rajia ini, dari oknum anggota juga dan sudah ada kerjasama, biasanya
diberitahukan sehari sebelum rajia itu dilakukan, kadang cuma sebatas informasi
saja, tapi belum tentu rajia itu betul-betul ada”, Ujar pria setengah baya,
berseragam security lengkap ini.
Dari informasi yang Gugat himpun pada saat penelusuran ini,
Wajar saja jika, walikota Balikpapan Rizal effendi pernah berkomentar dimedia
ini, beberapa waktu lalu “Sehebat apapun
aturan belum cukup menuntaskan persoalan ini”. Tentu saja apa yang
diutarakan Rizal ini, sangat realstis mengingat masih adanya oknum-oknum penegak hukum yang membekengi dan
mengambil keuntungan dengan adanya penutupan Komplek lokalisasi KM 17 Karang
Joang ini.
Ihwal, setajam apapun
aturan jika dalam pelaksanaan nya juga belum diterapkan secara maksimal dan
praktek prostitusi di KM 17 justru malah dilegalkan dengan perlindungan atas
dasar kepentingan pihak-pihak tertentu.
Siapapun yang menjadi pemangku kebijakan akan sulit untuk menghapus praktek
maksiat di Kota Balikpapan, terlepas dari itu faktanya saat ini, “Kawasan Tanpa
Tuhan” komplek lokalisasi KM 17 masih tetap beroperasi di bulan suci ramadhan.
Lebih lanjut, lokalisasi
lembah harapan baru KM 17 memang kerap menjadi akar masalah praktik maksiat di
Balikpapan. tapi, jangan dikesampingkan lokalisasi Manggar Sari yang berada di
ujung timur Kota Balikpapan. juga harus menjadi Fokus Perhatian, terlebih
indikasi eksodus PSK dolly juga mengarah ke Lokalisasi yang telah ditutup oleh
Pemkot 2 tahun silam ini. Manggar Sari merupakan lokalisasi yang berada di ujung
Timur Balikpapan Untuk menuju kesana, dari pusat kota bisa memakan waktu 15
sampai 25 menit. berbeda dengan Lokalisasi KM 17. Akses ke lokasi itu bisa
dikatakan tidak sulit, lantaran letaknya cukup strategis berada didalam
pemukiman perumahan warga. Sehingga, sangat sulit untuk membedakan pengunjung
maupun warga sekitar. Begitu pula dengan pengawasan ditempat ini, Tidak ada
portal dan penjagaan serta tidak ada penarikan tiket masuk bagi pengunjung
tempat pelacuran ini, sehingga kendaraan bermotor leluasa lalu lalang.
Mengawali
penelusuran, dengan memegang sedikit informasi yang diperoleh dari pantauan Gugat beberapa waktu lalu di Lokalisasi
KM 17. Pasca lebaran disinyalir, banyak PSK pendatang baru yang akan mengadu
nasib di kawasan pelacuran itu. namun, perhatian juga harus tertuju pada
lokalisasi Manggar Sari. Pasalnya, Para PSK disinyalir juga akan eksodus ke
kawasan ini. Benar saja, ketika Gugat telusuri kawasan pelacuran tersebut lalu
menanyakan informasi itu kepada seorang
pemilik kedai kopi yang juga pemilik salah satu wisma di lokalisasi ini
bernama Bulek Marni yang mengatakan minggu depan Para PSK dari Jawa akan
berdatangan.
“Mas sampean kecepatan
kesini nya titipan barang baru saya datang dari jawa 2 minggu lagi,” Ujar Marni
kepada Gugat malam itu.
Mahalnya harga tiket
pesawat dan kapal menuju Balikpapan menjadi persoalan yang menghambat
kedatangan Para PSK. Tak ayal, kedatangan penjaja cinta, penghuni baru
lokalisasi ini dinanti-nanti para hidung
belang.
“padahal mereka ingin
cepat kesini, tapi harga tiket mahal mas,”tuturnya
Disingung mengenai asal
para PSK dia mengakui tidak semua yang datang nantinya bekas pelacur Dolly.
Lantaran, terdapat pula PSK yang berasal dari sidoarjo, jember dan Madura.
mereka tentunya akan membaur dengan Para PSK lainya yang sudah lama menetap di
Lokalisasi ini yang secara resmi sudah ditutup 2 tahun silam ini oleh Pemkot
Balikpapan.
“Katanya
keluarga saya yang jemput. 3 cewek asalnya dari Jember. Sedangan 2 cewek dari
Surabaya. Bisa, saja yang 2 ini pernah mangkal di Dolly,” Ungkapnya.
Diakuinya,
tidak ada perekrutan khusus untuk mendatangkan wajah baru di tempat pelacuran
ini. Pasalnya, kedatangan para PSK dari kota lain maupun dari KM 17 dilakukan
tergantung pemilik Wisma yang ada di Lokalisasi ini.
“Kalau dari jawa biasa dijemput atau datang sendiri
tergantung kesepakatan pemilik wisma. tapi, kalau PSK KM 17 sebelumnya yang
banyak datang pasca ditutup kemarin mereka sendiri yang menginginkan
kesini,”Kata dia.
Terpisah,
Yuni salah seorang PSK yang sudah 2 tahun menjaja cintanya di lokalisasi ini
mengatakan keluar msuknya penghuni seperti dirinya merupakan hal yang biasa
terjadi. baginya penghuni baru yang datang mereka merupakan teman seperantauan
dan harus saling menghargai.
“gak
papa wong, kita sama-sama cari makan kok disini, “ Ujar, wanita berparas ayu
yang mengenakan busana seksi, berwarna merah ketat membalut lekukan tubuhnya
yang ramping itu tentunya menggoda mata siapa saja pria hidung belang yang
memandangnya.
Di
kedai kopi milik Bulek Marni itu, Gugat mengulik lebih dalam informasi dari
Yuni. PSK yang mengaku pernah 1 tahun mangkal di Dolly Surabaya sebelum dirinya
hijrah ke Balikpapan. baginya, menuai rupiah dengan menjual diri di Balikpapan
jauh lebih cepat ketimbangn ketika dia masih
mangkal di Dolly.
“di
Dolly itu, bayaran nya murah mas selain itu juga banyak PSK nya jadi kalau
bersaing mendapatkan pelanggan disana cukup susah,”Ungkapnya.
Dari pengakuan Yuni pula, kami mengulik berbagai
informasi. Termasuk, pelayanan esek-esek yang dilakukan penjaja cinta di
Lokalisasi pelacuran ini.
Sekedar
diketahui, dibandingkan dengan KM 17 lokalisasi Manggar Sari relative lebih
murah untuk urusan tarif kencan. Jika, di lokalisasi KM 17 tarif harga yang
ditawarkan untuk short time 250 ribu
sedangkan di manggar sari berkisar 100 s/d 150 ribu. Sementara untuk Long time kalau di KM 17 tarifnya 700
ribu sedangkan di manggar sari hanya berkisar 450 ribu. Bahkan, PSK lokalisasi
ini dapat diajak keluar tanpa persyaratan dari germo nya.
“Kalau
sampean mau bawa saya main diluar tempat lain juga bisa kok mas sampai
pagi 550 aja, tapi habis itu antar saya
pulang kesini lagi yah,” tawarnya ketika itu.
Belum
cukup hanya dengan Yuni, penulusuran di Lokalisasi ini berlanjut ke salah satu
wisma yang berada 100 meter, dari wisma milik Bule Marni. Menariknya, wisma ini
menjadi salah satu tempat judi kartu yan dilakukan pria hidung belang yang
umumnya buruh bangunan dan sopir kedaraan alat berat. Tidak luput dari perhatian peredaran miras juga menjadi salah satu
daya tarik disini, pasalnya pada saat bermain judi para pria hidung belang juga
turut menyertakan miras tentunya juga ditemani oleh para PSK.
“Itu
mas lihat, banyak juga kok yang datang kesini cma main judi dan sekedar
minum,”Ujar Leni salah satu PSK yang di ngulik juga oleh Gugat keterangan
informasinya.
Diakui
leni, selain menjajakan layanan esek-esek dia, juga kerap dimintai untuk
menemani minum oleh pelangan nya. Namun, bagi pria hidung belang meminta ditemani minum oleh PSK tidak gratis mereka juga harus merogoh koncek kecuali bagi
hidung belang yang sudah kenal lama dengan PSK nya.
“kalau
temani minum diluar bayaran boking loh mas, tapi kami tidak patok harga kalau
Cuma untuk minum. Namun, biasa dikasih 20 ribu sampai 50 ribu sama mereka kalau
ditemani,” tutur cewek sintal seksi montok berbusana kaos oblong mengenakan
rok mini itu.
Lebih
lanjut, Lokalisasi ini, mulai beroperasi sejak pukul 19.00 s/d pukul 03.00 Dini
hari.Tidak kurang dari ratusan pria hidung belang setiap malamnya hilir mudik
mencari cinta semalam dari para PSK dilokasi ini. Lantaran lokalisasi ini
berada ditengah pemukiman perumahan warga serta melihat kondisi suasana yang
ada dilokalisasi ini warga dan masyarakat lainya pun tidak dapat berbuat
banyak. Efek penutupan tidak menghalangi kawasan ini untuk tidak beroperasi.
“Sia-sia
aja ada plang penutupan, kami warga disini juga sudah terbiasa dengan kondisi
pelacuran dikawasan itu,” tutur Alfin salah seorang warga perumahan Batakan
Mas, yang tinggal 500 meter dari lokalisasi tersebut.
Dia,
mewakili warga lainya berharap ada perhatian pemrintah untuk tegas dalam
menindak lempat-temapt maksiat di Balikpapan. termasuk juga Lokalisasi Manggar
Sari. menurutnya, keberadaan lokalisasi ini bukan hanya menggangu
ketidaknyamanan warga. Tapi juga berdampak buruk bagi mental anak-anak warga
yang tinggal tidak jauh dari kawasan pelacuran ini.
“Pemkot,
harus tegas buktinya kan terlihat percuma saja 2 tahun lalu katanya ditutup
tapi buktinya mana, sampai sekarang Manggar Sari masih beroperasi. Bahkan tidak
jarang saya melihat oknum polisi berseragam lengkap datang ketempat itu menarik
pungutan kemanan,”kesalnya.
“sehebat
apapun aturan belum cukup menuntaskan persoalan ini. perlu dukungan semua
pihak. bukan hanya pemerintah, tapi masyarakat ikut membantu”
Walikota Setengah Menyerah
Walikota Balikpapan Rizal Efendi mengakui tak gampang
memebereskan Lokalisasi KM 17. Untuk menghentikan aktivitas maksiat disana tak
cukup dengan mengeluarkan peraturan walikota. Justru obat paling manjur adalah
dukungan semua pihak agar tempat berkumpulnya ratusan pekerja seks komersial
itu benar-benar berhenti beroperasi.“Sehebat
apapun aturan belum cukup menuntaskan persoalan ini, perlu dukungan semua pihak bukan hanya pemerintah melainkan juga
masyarakat,”imbuhnya.
Penomena praktik prostitusi masih menjadi masalah bukan hanya di Balikpapan
dikota-kota lainya mengalami
permasalahan serupa. Seperti Efek penutupan dolly surabaya tidak menutup
kemungkinan eks PSK Dolly bakal “hijrah” kelokalisasi Km 17.“Kita tidak berhak melarang siapapun
warga luar daerah yang ingin masuk ke kota balikpapan, namun yang harus
diwaspadai apakah nantinya pendatang eks dolly akan menbuat tempat praktek
prostitusi serupa”. Bebernya. “harus ada pengawasan semua pihak tidak
mungkin pemenritah Kota Balikpapan mampu mengawasi masyarkatnya selama
24 jam. Dan disinilah seharusnya peran serta masyarakat untuk bersama-sama
mengawal agar praktek prostitusi di km 17 dapat benar-benar tidak beroperasi
kembali,”sambungnya.
Lantas apa tanggapan
kuasa hukum pengelola Km 17, Rukhi Santoso, yang menganggap penutupan
Lokalisasi Km 17 menyalahi aturan ? saat dikonfirmasi, Rukhi belum mau
berkomentar banyak. “Aduh maaf, saya masih sakit,” kata Rukhi melalui pesan
pendek yang dikirimkan.Sebelumnya, Gugat
sudah berusaha mendatangi kekantornya untuk wawancara, hanya saja yang
bersangkutan tak ada ditempat. Berkali-kali dihubungi melalui telepon, juga
taka da respons.
Seperti diketahui,
Rhuki santoso yang merupakan ketua tim kuasa hukum warga Km 17 mengatakan,
bahwa SK yang dikeluarkan Wali Kota hanya mengenai penghentian kegiatan
pelacuran, bukan menutup secara keseluruhan. Jika disebutkan hanya penutupan
saja, maka akan berdampak pada ratusan warga masyarakat lain yang menjadi
penghuni lingkungan pelacuran itu. Dimana dalam lokalisasi tersebut ada satu
rukun tetangga yang beranggotakan sekitar 400 kepala keluarga yang mana mereka
juga berhak atas perlindungan hukum dan mendapatkan kesempatan untuk hidup
layak. Karena tidak merinci mengenai batas batas wilayah yang ditutup, Rukhi
menilai bahwa SK Wali Kota tersebut tidak jelas.
Penulis
Fajrian
Noor