Reformasi
1998 menjadi tonggak mengulang kembali semangat Mahasiswa 1928. Lalu, kemudian
memberikan andil besar kepada Mahasiswa dalam rangka memikul sejarah perubahan
Demokrasi di Negara ini. Beralihnya masa orde baru menjadi masa reformasi, menjadi angin segar
bagi mahasiswa untuk turut serta dalam perubahan Demokrasi di negeri yang indah
ini. pertanyaanya adalah mampukah Mahasiswa bertanggung jawab, dengan apa yang
sudah diperjuangkan pada Reformasi 1998 ?
Gejolak pergerakan,
seperti yang terjadi pada tahun 1998 lahir atas ketidak berdayaan atas hidup
semua bangsa. Ketidak berdayaan, meletup seperti magma gunung berapi yang
akhirnya meledak dan menggelegar. Mahasiswa sebagai tolak ukur kemajuan bangsa
ini, nampaknya masih memendam amarah layaknya letupan yang akhirnya menggiring
kepuncak letusan. Amarah mahasiswa, terhadap ketidakberdayaan bangsa ini,
memang tidak bisa disalahkan, dan tidak bisa dipisahkan.
Karena, Mahasiswa dan
negaranya bagaikan percikan api yang menimbulkan asap. Jika, dipancing dengan
ketidak berdayaan bukan, tidak mungkin, percikan api ini akan membesar, dan
membumi hanguskan apa yang ada disekitarnya.
Bapak Founding Father
bangsa ini, Bung Hatta pernah mengatakan, dalam pembelaanya di depan Pengadilan
Negeri Belanda pada Tahun 1927. Dia, menggambarkan peran Mahasiswa Indonesia.
“ Hidup pemuda Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup
bangsanya yang menderita dan berharap. Itulah nalurinya yang memanggil manggil,
dialah jiwanya yang bernyala nyala mendobrak pintu hari depannya”. Dari ungkapan ini, menjadi renungan
bersama yang mungkin bermanfaat untuk jadi pemantik mahasiswa dalam sebuah
gerakan mahasiswa.
Sebuah gerakan, mahasiswa memiliki esensi lawan dan lawan segala bentuk
penindasan, yang mengakibatkan ketidak berdayaan bangsa ini. saya tahu, seorang
Aktivis UBK Sondang Hutagalung. Gak akan, rela membakar dirinya didepan istana
negara jika, dia tidak memahami dan peka terhadap persoalan bangsa ini, yang
penuh kemunafikan. Saya, tetap yakin masih ada riak-riak kecil semangat Sondang-sondang
lainnya di penjuru negeri ini. GMNI Kota Balikpapan, sebetulnya sudah
membuktikan itu. Meskipun, terdapat perbedaan esensi dan tujuannya. seorang
aktivis GMNI hampir saja mencoba bunuh
diri, loncat dari lantai 3 sebuah gedung
kepemudaan. Lantaran, menolak kemunafikan ditubuh internal GMNI Kota Balikpapan
ketika itu.
Entah,
ini merupakan riak-riak semangat Sondang apa bukan, Saya fikir, apa yang
dilakukan aktivis itu manusiawi saja. pikiran positif nya, tentu saja secara
psikologis ini merupakan bentuk pergolakan bathin, yang tidak dapat di
intervensi dan benar-benar lahir dan terbentuk secara alami didalam dirinya.
Walaupun, tidak se nekat Sondang, tapi, saya berkeyakinan jika, riak-riak
semangat sondang seperti ini disulut kembali dan penempatan esensi serta
tujuannya tepat sasaran. Bukan hal mustahil, bakal menjadi letupan magma gunung
merapi yang lebih dahsyat.
Lain sondang, lain pula seorang aktivis GMNI Balikpapan, (berbeda
esensi). Memaknai sebuah gerakan mahasiswa secara luas membutuhkan lebih
dari kata semangat. Butuh pemimpin yang mampu memotivasi dan komitmen,
konsisten menggerakan seluruh elemen perjuangan. Agar perjuangan memiliki visi,
misi, dan jiwa serta tujuan. Mahasiswa harus bisa memaksa pemerintah yang
“empunya” kebijakan memberantas habis korupsi, kroniisme dan nepotisme serta
ketidakadilan. Lantas, apa sikap element mahasiswa menyikapi Issue Bailout Bank
Century?
Persoalan ini, semestinya tidak sporadis hilang tidak berbekas begitu
saja. Saya masih tetap berkeyakinan, mahasiswa dan gerakan bisa terlihat
eksotis dalam radikalismenya. Bahkan terlihat memukau dan indah jika dipadukan
sekaligus menginspirasikan perlawanan, meskipun,ada para
penyusup intel atau anasir pengkhianat diantara gerakan mahasiswa itu sendiri.
Saya juga tidak tahu apakah nantinya gerakan ini melemah karena, pemerintah
mendadak mengalokasikan dana untuk kepemudaan ? entahlah….apakah ini, sebagai
pengalihan isu atau ada tendensi berbeda yang mendompleng nama sebuah gerakan.
Atau, apakah ini semacam sebuah politik pemerintah sebagai penenang untuk
sebuah gerakan Mahasiswa ? seandainya Sondang Hutagalung masih hidup ingin
sekali saya berdikusi dengannya prihal ini. pastinya saya dapat
kesimpulan dan antitesa yang berbeda pula dalam memaknai makna gerakan mahasiswa.
Banyak
hal yang mungkin membuat gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan masa silam.
Saat ini, pemerintah lebih bersikap demokratis dan tidak semau-maunya
mendeskriditkan posisi mahasiswa. Apapun bentuk perbedaanya, jauh sekali
kemungkinan mahasiswa diintimidasi, diculik atau dibui tanpa alasan.
Jadi, tidak ada alasan
untuk takut. Terus bangkit dan maju lalu kemudian kepalkan tangan kiri mu
keatas sebagai tanda perlawanan atas penindasan dan ketidak berdayaan bangsa
ini, apapun bentuk perjuangan yang dilakukan bukan hanya untuk hari ini, tapi
esok dan dimasa yang akan datang semua itu untuk rakyat Marhaen. Jika, tidak
mampu silahkan mundur dan kembali hanyut dalam romantika kampus yang penuh
dengan kemunafikan.[1]
Merdeka!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar