Catatan
singkat “dibuang sayang”.
Hari rabu Pagi pukul 09.00, Saya sedang duduk santai si sebuah kedai kopi di
kawasan objek wisata Air Terjun Waduk Riam Kanan, Daerah kecil
Kabupaten Banjar . Ada ketenangan dan alunan yang tersisa di tempat
ini, sebuah gerak irama pagi yang tercipta dari kesibukan perlahan para
pegawainya melakukan persiapan di awal hari setiap 5 menit, ada yang
keluar dari dapur membawa hidangan yang mengepul hangat dan meletakanya di rak
makanan.
Sambil mengaduk kopi, saya memperhatikan seorang juru masak yang lain (
Badanya lebih subur dan tinggi) dibandingkan dengan para pelayan yang
menyiapkan sarapan saya. Dia memanggang roti diatas arang, dia memeriksa roti
dan membaliknya sebelum diolesi mentega . rumah makan ini sendiri cukup sempit
dan terasa semakin kecil dengan pola daun-daunan di mana-mana, di lantai dan di
taplak meja pelastik. Belum lagi beberapa Kalender bergambarkan “guru Ijai”
yang terpasang di dinding. Tetap saja, ada sebuah kedamaian tersendiri tentang
tempat ini, dan di setiap meja ada saja orang seperti saya yang mengaduk kopi
sambil menghisap rokok. Hanya saja saya juga sibuk mengutak-ngatik secarik
kertas.
Rasanya Objek wisata air terjun Waduk Riam Kanan sudah lama ada disini lengkap
dengan kedai-kedai kopinya. Tiba-tiba saya merasa kalau saya sudah pernah kesini
sebelumnya. Pikiran yang gila bahkan tidak masuk akal. Walaupun saya merupakan
seorang putra yang lahir dari keturunan Banjar, namun, saya belum pernah
sekalipun mengunjungi objek wisata air terjun Waduk Riam Kanan. Tapi, pikiran
ini terus menggangu sampai saya menyadari bahwa Riam Kanan sama seperti daerah
kecil yang memiliki objek wisata dan panorama alam yang indah serta kedai-kedai
kopi yang saya kunjungi di daerah lainya di Kalimantan. Daerah ini, seperti
mewakili ritme hidup di luar Kota Balikpapan yang penuh aktivitas perekonomian
dan industrinya. Yang kadang kala Mahasiswanya masih sempat berdiskusi hingga
larut malam sambil menghisap rokok dan ditemani secangkir kopi pahit. Lalu ini,
mengingatkan saya pada diskusi saya beberapa Minggu lalu dengan seorang teman
lama, seorang aktivis dengan pribadi yang dinamis.
“Bung”, katanya, Indonesia ini merupakan Negara yang Luas dan memiliki beragam
suku, ras dan agama, semua nya tertata rapi dalam sebuah Kebhinekaan. Namun,
kondisi bangsa ini tidak serapi kebhinekaan yang awal pertama kali di
dengungkan para Foundhing Father kita. Beragam permasalahan yang berbau ras dan
agama mulai mencuat kepermukaan hingga menjadi Polemik yang berkepanjangan.
Mempersoalkan Madzab dan keyakinan yang dianut antar umat beragama seakan-akan
tidak ada habisnya. Seperti, Intimidasi yang dialami Kaum Ahmadiyah di berbagai
daerah, kemudian konflik Suni-Siah di sampang Madura. Belum, lagi kebijakan
yang dikeluarkan untuk membuka ruang Pasar Bebas Ekonomi ASEAN yang akan
dicanangkan pada 2015. Melihat kondisi seperti ini saya berkeyakinan
“Si”BY(a) dan Boediono akan tahu cara membuat rakyat tenang dan senang ditengah
persoalan yang terjadi, kita tunggu saja seberapa besar gejolak dan penolakan
yang akan dilakukan nantinya.
Melihat di sekeliling kedai-kedai kopi ini, hingga kejalanan kosong dengan lanscap pemandangan bukit-bukit yang
tidak pernah berubah, saya mengerti maksud teman saya ini, sikapnya yang
Idealis ini,tumbuh dari kekecewaan yang sudah tak terhitung. Sekarang dia lebih
realistis lebih tenang dengan fikiran bahwa Negara ini akan terus berjuang
dengan tak sedikitpun terganggu. Pertanyaanya apakah Kondisi bangsa ini
betul-betul tidak bisa dirubah ? lihat Indahnya Panorama alam Air Terjun waduk
Riam Kanan, yang memberikan ketenangan dan keteduhan seolah-olah membuka mata
kita bahwa Negeri ini butuh kedamaian dan ketenangan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara berlandaskan Pancasila sebagai ideologi
Bangsa, bukan mempersoalkan “dia” dari golongan mana? Suku apa ?Agama apa?
Mahzab apa?
Sudahlah…..dengan ini, pikiran saya kembali ke air terjun waduk Riam Kanan ke
momen yang begitu sempurna ini, kedamaian sebuah daerah kecil dengan Objek
Wisata air terjun yang memilki panorama alam indah perlahan bangun
dari tidurnya. Seiring dengan habisnya Kopi pahit yang ku “seruput” sambil
menulis catatan singkat ini serta meruaknya aroma sedap hidangan yang
tersaji di meja, saya tinggalkan sejenak khayalan-khayalan tingkat tinggi yang
menggelayut di fikiran ini. “Selamat Makan Kawan”……………………………………………..;
Salam,
Fajrin
Riam
Kanan, 12 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar